Konser Bon Jovi di China Mendadak Dibatalkan

Rabu, 09 September 2015 - 06:30 WIB
Konser Bon Jovi di China Mendadak Dibatalkan
Konser Bon Jovi di China Mendadak Dibatalkan
A A A
BEIJING - Dua konser Bon Jovi di China—di Beijing dan Shanghai—tiba-tiba dibatalkan. Pihak penyelenggara langsung menghentikan penjualan tiket konser ini tapi tidak menyebutkan alasan di balik pembatalan konser tersebut.

Pembatalan secara mendadak ini tentu membuat para fans band rock asal New Jersey ini kecewa. Apalagi, ini adalah konser pertama Bon Jovi di China daratan. Selain di Beijing dan Shanghai, penembang Livin’ On A Prayer ini juga dijadwalkan manggung di Makau.

Padahal, sebelum konser ini digelar, vokalis band ini, Jon Bon Jovi, baru saja merekam sebuah video yang memperlihatkan dia menyanyikan sebuah lagu Mandarin, The Moon Represents My Heart. Lagu yang dipopulerkan Teresa Teng ini adalah lagu cinta paling kondang di Negeri Panda.

Menurut The Washington Post, izin tampil Bon Jovi ditarik. Band ini tampaknya menjadi artis Amerika Serikat (AS) terakhir yang bentrok dengan Kementerian Kebudayaan China—badan yang menyetujui atau menolak permintaan tampil dan rilis musisi dan lainnya.

“Salah satu sumber yang bekerja di industri musik China mengungkapkan, masalah perizinan itu sepertinya terkait sebuah video musik pada 2009 yang menampilkan foto protes di Lapangan Tiananmen pada 1989,” tulis The Post.

Sumber yang sama juga menuturkan, sebuah video pada 2011 yang memperlihatkan Bon Jovi tampil di depan foto Dalai Lama, bersama dengan sejumlah tokoh penting lainnya, mungkin telah menarik perhatian Kementerian Kebudayaan. Manajemen Bon Jovi belum memberikan komentar atas pembatalan ini.

Bon Jovi bukanlah satu-satunya artis asal AS yang izin tampilnya ditolak di China. Sebelumnya, ada artis lain yang juga mendapatkan penolakan.

Pada Juli lalu, China juga menolak memberikan izin tampil bagi Maroon 5 pada September ini di Beijing dan Shanghai. Tidak ada alasan resmi yang diberikan terkait keputusan itu. Tapi, sejumlah spekulasi menyebutkan, izin itu tidak diberikan setelah pemain keyboard band itu, Jesse Carmichael, menghadiri perayaan ulang tahun Dalai Lama di California dan mencuitnya. China menganggap pemimpin spiritual Tibet itu sebagai seorang separatis karena seruannya untuk otonomi kawasan tersebut.

Kurang dari sebulan kemudian, Taylor Swift menghadapi pemeriksaan setelah berencana menjual merchandise yang menampilkan inisial namanya dan judul album terbarunya, 1989, kepada para fans di China. Tidak ada pesan politik di merchandise Taylor itu. Tapi, di China, ini bisa dilihat sebagai rujukan terhadap protes di Lapangan Tiananmen pada 1989, dimana ratusan—atau ribuan—warga sipil tewas ketika militer China masuk untuk membersihkan area itu.

Sebelumnya, sejumlah artis yang tampil di China telah memicu kontroversi politik. Pada 2008, penyanyi asal Islandia, Bjork, dikritik Kementerian Kebudayaan karena meneriakkan slogan pro-Tibet dalam sebuah konser di Shanghai. Sejumlah musisi lainnya—seperti Bob Dylan dan Oasis asal Inggris—harus membatalkan tur mereka karena pandangan politik.

Laporan pembatalan ini membuat kecewa para fans Bon Jovi. “Saya sudah mem-booking tiket penerbangan dari Shenzhen ke Shanghai pada Juni (ketika tiket mulai dijual). Tiada kata yang bisa mengungkapkan betapa kecewanya saya,” ujar seorang fans di Weibo.

Yang lainnya mengeluh, mungkin secara sarkastik, pembatalan itu adalah salah Dalai Lama. “Mendingan pergi ke luar negeri kalau mau nonton konser. Terlalu berisiko di China,” tulis seorang fans lainnya.

Bon Jovi dijadwalkan menggelar konsernya di Indonesia pada Jumat (11/9/2015) mendatang. Konser kedua pelantun It's My Life ini akan dihelat di Gelora Bung Karno dengan tiket paling murah Rp500.000 dan termahal Rp3,5 juta.

(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8373 seconds (0.1#10.140)